Oke, pada akhirnya saya gagal untuk tampil di JakJazz 2008. Haha, bukan sesuatu yang mengagetkan memang, mengingat keikutsertaan kami di New Breed Contest memang hanyalah buah keisengan saya dan teman-teman. Ya, sesuatu yang dimulai dengan iseng memang ga bisa diharapkan buat bisa sukses, setidaknya itu yang selama ini saya rasakan, dalam berbagai bidang tentunya.
Oke, balik lagi ke New Breed Contest, buat yang belom tau, kontes ini diselenggarakan oleh panitia JakJazz yang intinya sih mencari bakat-bakat baru dalam dunia musik jazz. Itu aja. Awalnya saya dapet e-mail dari panitia tentang kontes ini. Kebetulan band kami punya hasil record mp3 format dari Java Jazz Festival 2008 kemaren. Kualitasnya bisa dibilang cukup buruk...hehe, tp yang penting esensi lagu dan karakter masing-masing instrumen terasa. Ya not bad lah buat hasil rekaman live. Oke, singkatnya saya upload lagu dan diterima oleh panitia dan akhirnya diberi kesempatan untuk tampil untuk audisi live di Parijs Van Java Bandung. Saat itu ada 3 orang juri, tapi yang paling membekas di hati saya adalah Oom Idang Rasjidi, seorang pianis yang cukup saya kagumi.
Dari hasil technical meeting, ada beberapa poin penilaian yang sangat penting yang perlu diperhatikan masing-masing band, tetapi yang cukup membuat kami besar kepala saat itu adalah adanya penilaian solo masing-masing instrumen, tingkat kesulitan, dan originalitas lagu atau minimal aransemen yang dibawakan. Oke, sebagai pemain musik jazz yang memiliki basic traditional jazz, semua hal tersebut bukan merupakan masalah bagi kami. Artinya kami sudah sangat terbiasa untuk improvisasi solo, begitu juga lagu yang kami bawakan menurut kami tingkat kesulitannya sudah cukup tinggi.
Dari sekitar 7 band yang tampil di acara tersebut, hanya kami yang membawakan komposisi jazz standard dengan sedikit penambahan ornamen dan aransemen. Hal ini membuat kami cukup berbesar hati walaupun penampilan kami saat itu tidak bisa dikatakan baik. Band lain yang tampil hampir semuanya membawakan soul jazz, nu jazz, maupun pop jazz.
Tibalah saat pengumuman dimana yang masuk adalah Sunrise, yang beraliran Souljazz dan la belle, berkonsep acoustic pop-jazz. Jika dilihat dari karakter dan penampilan masing-masing band, tidak ada yang menyuguhkan sebuah atraksi improvisasi akrobatik-nan-njelimet dari masing-masing instrumen, sebagai gantinya mereka menyuguhkan sebuah konsep tontonan yang aduhai-kerennya -menurut saya- dan menghipnotis para penonton. Begitupun dengan dewan juri, rata-rata responnya positif.
Saat itulah saya mulai bertanya pada diri saya sendiri. Sebegitu arogankah diri saya yang merasa bisa memainkan musik jazz di atas level mereka, bukankah di atas langit masih ada langit, bukankah yang memegang peranan sepenuhnya adalah para juri, dan apakah makna jazz itu sendiri telah bergeser. Itulah pertanyaan yang akhir-akhir ini terus berkecamuk di kepala saya. Saya terus mengkaji ulang pemahaman tentang musik jazz itu sendiri, dimana jazz yang universal merupakan suatu hal yang masih misterius. Kemudian saya berpikir, bukankan musik itu sendiri bersifat dinamis, artinya ia selalu mengikuti perkembangan zaman. Dewan juri jelas lebih pintar dari saya, mereka lebih tahu mana yang lebih baik dan lebih siap untuk tampil, mereka lebih tahu mana yang berpotensi untuk menggebrak pasar. Pada titik itulah saya mulai membuka diri dengan lebih menghargai semua jenis jazz karena jazz bukan hanya standard jazz rumit-penuh-resiko-dan-tantangan dalam memainkannya, melainkan penuh dengan cabang-cabang dan elemen-elemen lain yang bisa saja sangat bertolak belakang dengan hal yang telah saya jelaskan tadi. Itulah mungkin mengapa tema Jak Jazz 2008 ini mengangkat a whole lotta jazz, dengan berbagai macam cabang jazz yang dicoba untuk di angkat ke tengah publik. Jazz itu bebas, universal, seksi, jahat, manis, pusing, baik, penipu, iseng, nakal, atau apalah yang anda rasakan pada saat anda mendengarkannya.
Akhir kata, apakah makna dan trend jazz itu telah bergeser, hanya saya dan anda para penikmat dan pemerhati musik jazz yang dapat menjawabnya. Satu hal, bukalah mata terhadap perkembangan musik, hargailah setiap karya, dan nikmatilah setiap nada yang terlontar dari setiap komposisi jazz itu sendiri, dan anda akan menemukan jawabannya.